Sejarah

Tanah tempat berdirinya Strada Nawar, sebelumnya adalah sawah tumpang tindih untuk ditanami padi dan diselingi palawija. Menurut Bapak Felix, tanah tersebut dibeli oleh Pastor Bakker pada tahun 1960 setelah ia menjual harta warisannya di Belanda. Luasnya sekitar 10.000 meter persegi.

Sementara itu sekolah Strada Nawar diawali dengan mendirikan sekolah dasar pada bulan Agustus 1965 di rumah Bapak Taip. SD Strada Nawar dibuka 3 kelas, kelas 1-3. Jumlah anak pada waktu itu 113 anak, 100% beragama Islam. Murid terbanyak berasal dari Pondok Rangon (Ganceng). Sekolah ini baru diberkati tahun 1967. “Pada saat itu ada juga tanggapan negatif dari masyarakat setempat karena guru-gurunya kebanyakan pendatang, “ ungkap Pak Felix.

“Saya tetap semangat untuk mengajar di sana, meski keadaannya sangat memprihatinkan. Saya ingat ucapan Pastor Bakker, ‘Sekolah ini didirikan untuk masyarakat kita di sini. Gunakanlah dan rawatlah sebaik-baiknya.’ Namun karena kondisi pada saat itu sulit, maka selain guru, saya pun harus merangkap jabatan sebagai dukun untuk melayani yang sakit dan menjadi artis pengamen untuk ikut kesenian, penyanyi dangdut, pemain sepakbola, pemain tunil, dan lain-lain. Maklum saja, pada waktu itu, bayaran sekolahnya bukan uang, tapi kadang sapu lidi, buah kelapa, rambutan atau beras setengah liter!” tutur Pak Felix.

SMP Strada Nawar banyak mengalami pasang surut baik itu dalam hal jumlah siswa maupun guru yang mengajar. SMP Nawar juga pernah mengalami kelas dalam bentuk “Bedeng” karena saat itu SMP Nawar sedang melakukan renovasi.

Pada tahun dua ribuan Komplek  Strada Nawar dirombak total mengingat gedung lama yang sudah lapuk karena bangunan tua. Akhirnya pada tahun 2009, bangunan Kompleks Strada Nawar selesai dan berdiri dengan megah. Pada tanggal 22 Mei 2012, Gedung Kompleks Strada Nawar diresmikan oleh Bapak Kardinal Mgr. Ignatius Suharyo, PR.